Sunday, July 30, 2017

Pemilik Hati yang Hakiki

_Kisah Hikmah_
Suatu hari Maulana Husameddin Buhari, seorang agung dalam menapaki jalan tasawwuf dan menempa hati, ayahnya yang bernama Hamiduddin Sasyi sedang sekarat. Ayahnya ini adalah juga seorang alim agung. Ia hidup semasa Syeh Naqsibandi. Ia menaruh hormat kepadanya. Hanya saja Hamiduddin Sasyi menempa hatinya tanpa melakukan perjalanan suluk. Ia cukupkan menempa dengan ilmu dan pengalamannya. Di samping itu juga sangat memerhatikan halal-haramnya setiap apa yang dimakan. Namun, ia tidak menempa hatinya. Sedangkan putranya, Husameddin Buhari adalah ustadz yang telah membimbing seorang agung Amir Hamzah Hazretleri. Dalam keadaan seperti inilah Hamiduddin Sasyi mengalami kesulitan saat berada dalam sekarat. Saat itu putranya dan beberapa orang lainnya sedang menunggu di sekelilingnya :
            “Ayah apa yang sedang engkau rasakan?” tanya anaknya.
            “Saat ini aku diminta memberikan kalbun salim. Namun, aku tidak memilikinya. Aku juga tidak tahu bagaimana mendapatkannya.”
            Mendapati penuturan ayahnya ini Husameduddin Buhari kemudian berkata :
            “Tenanglah! Berikan hatimu kepadaku. Sehingga engkau akan memahami apa kalibun salim itu,” katanya seraya bermunajat dengan khusyu’.
            Demikian berlangsung hampir satu jam. Saat itu munajatnya Husameduddin Buhari memohon kepada Allah SWT menghilangkan kepedihan yang dirasakan ayanya dan memberinya hati yang selamat –kalbun salim. Orang-orang yang ikut menjaganya di sekelilingnya juga memanjatkan doa yang sama. Saat kedua mata Hamiduddin Sasyi terbuka, semua orang mendapati wajahnya penuh dengan pancaran nur yang menandakan hatinya yang sangat tenang. Saat itu hatinya tekah bersiap untuk berpisah dengan kehidupan dunia. Siap menjemput kematian dengan inayah dan rahmatnya Allah SWT di dalam hati yang mutmainnah. Dan sesaat sebelum meninggalnya ia bicara dalam wajah yang penuh ketenteraman :

            “Wahai anakku! Semoga Allah melimpahkan imbalan yang berlebih kepadamu. Ternyata kesibukkan yang seharusnya kita lakukan sepanjang usia adalah untuk menempa hati. Namun, sayang sekali aku telah melewatkan hidupku untuk hal yang lain.”

Quotes : "Terkadang seorang ayah yang menuntun anaknya untuk memasuki surga, namun terkadang pula seorang anak yang menuntun orang tuanya.. Sungguh betapa mulia dan gembira orang tua yang memiliki anak yang saleh, yang mana dengan doa dan linangan air matanya Allah SWT berkenan melimpahkan rahmat-Nya yang agung kepadanya. Sehingga meninggalkan dunia ini dalam hati yang tenang"

Sumber ; Buku Karya Ferudun Ozdemir

No comments:

Post a Comment