_Kisah Hikmah_
Syeikh Naqsabandi
mengunjungi rumah seorang bernama Husrev yang berasal dari kota Buhara. Di
tengan perbincangan di antara keduanya pada suatu malam, tiba-tiba Syeikh
Naqsabandi berkata : “Lihatlah, ada siapa diluar?”
Saat tuan rumah keluar ia mendapati adanya seorang yang
berkunjung dengan membawa satu piring penuh buah pear. Ternyata ia adalah
penduduk kampung yang bernama Yusuf. Ia sengaja membawa buah pear itu untuk
diberikan kepada Syeh dan para santrinya. Tidak lama kemudian sang tuan rumah
mempersilahkannya untuk masuk. Saat itulah, piring yang berisi buah pear itu dihidangkan,
Syeh Naqsibandi mencampurnya kemudian mengambil satu buah untuk diberikan
kepada seorang yang telah membawanya. Ia kemudian berkata :
“Kenapa engkau membawa buah pear ini?”
Saat itu Yusuf menjawabnya demikian :
“Saya mendengar ada seorang waliyullah yang datang ke
kampung ini. Saat itulah saya mengumpulkan buah pear ini. Salah satunya sudah
saya beri tanda. Jika seorang yang datang ke kampung ini benar-benar seorang
waliyullah maka ia pasti akan tahu mana buah pear yang sudah saya beri tanda.
Dengan tujuan itulah saya membawa buah pear ini.”
Mendengar penuturannya ini Syeh Naqsibandi berkata :
“Sekarang lihat apakah buah pear yang saya berikan
kepadamu yang sudah engkau beri tanda?”
Orang itu berkata :
“Benar, buah pear ini yang sudah saya beri tanda”
Setelah itu Syeh Naqsibandi atau yang bernama asli Muhammad
Bahauddin berkata :
“Janganlah engkau menguji para waliyullah. Maksudku
memberi pear yang sudah engkau beri tanda bukanlah untuk menunjukan karomah.
Melainkan untuk menghilangkan pikiran jelek yang ada pada dirimu. Jika saja
kami tidak menunjukkannya maka engkau akan tetap berpikiran jelek tentang diri
kami. Sehingga engkau sendiri yang akan merugi. Karena itulah kami menunjukkan
buah pear itu agar engkau tidak termasuk orang yang merugi.”
Quotes : "Para
waliyullah terkadang dapat menunjukkan karomah. Namun, saat menunjukannya
mereka bukanlah dengan niat sebagai sebuah pertunjukan, melainkan mereka
menunjukannya atas seizin Allah SWT agar tidak terjadi fitnah. Oleh karena itu,
janganlah seseorang menguji mereka. Karena berat sekali hukumannya. Daripada
menguji para waliyullah, akan lebih baik jika seseorang menguji dirinya
sendiri, yang mana hal ini jauh lebih ia butuhkan"
Sumber ; Buku Karya Ferudun Odzemir